Anak jalanan adalah anak-anak berusia dibawah 18 tahun yang tidak memiliki tempat tinggal atau tuna wisma yang hanya tinggal di jalanan. Menurut UNICEF, anak jalanan ini menempati wilayah kosong yang tidak memadai dan mereka hidup tanpa pengawasan.
Kondisi ini tentunya tidak memungkinkan bagi mereka untuk bisa menempuh pendidikan. Untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja rasanya sulit bagi para anak-anak ini, apalagi menyisihkan biaya dan tenaga untuk menuntut ilmu. Alhasil, mereka ini menjadi anak yang kurang terdidik dan memiliki kesempatan rendah untuk dapat meningkatkan kondisi mereka. Tetapi, kemungkinan buruk tersebut tentu bisa diminimalisir dengan terobosan adanya sekolah yang tak memungut biaya bagi anak-anak jalanan.
Sekolah Alternatif Anak Jalanan (SAAJA)
SAAJA adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga kurang sejahtera yang dibangun oleh Yayasan Pemberdayaan Rakyat Miskin (PaRam). Dilansir dari kompas.com, sekolah ini berdiri padatahun 2002 di Taman Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) DKI Jakarta yang terletak di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pembina SAAJA, Agus Supriyanto mengatakan bahwa motivasi untuk mengelola SAAJA dengan segala keterbatasannya adalah keinginan yang kuat untuk mendampingi pendidikan bagi anak dari keluarga pra-sejahtera. Di kota metropolitan Jakarta, tentunya keberadaan SAAJA ini sangat dibutuhkan, karena banyaknya penduduk di Jakarta tidak semuanya dalam kondisi yang sejahtera.
SAAJA memiliki 3 kelas yaitu PAUD, TK A2 untuk anak usia 5 – 6 tahun, dan TK B untuk anak usia 6 – 7 tahun. Kegiatan belajar mengajar berlangsung pada hari senin hingga jumat pada pukul 11.00 hingga 17.00. Para anak-anak ini belajar di kelas yang sama secara bergantian. Mereka belajar menulis, membaca, dan berhitung seperti layaknya sekolah pada umumnya. Pada hari sabtu, diadakan kegiatan ekstrakurikuler atau lingkungan.
Seluruh kegiatan pembelajaran ditanggung oleh donatur. Kebutuhan yang ditanggung tersebut seperti dana, perlengkapan belajar siswa, program belajar, makanan, seragam sekolah, dan kebutuhan lainnya. Dana yang didapatkan sekolah tersebut tidak menentu yang mengakibatkan biaya operasional sekolah menjadi terhambat. Honor pengajarpun kerap kali terlambat diberikan, tetapi para guru tersebut tetap mengajar dengan tulus. Agus berharap bahwa SAAJA dapat berkembang menjadi sekolah alternatif bagi warga utamanya warga Jakarta, untuk memberikan pendampingan terkait pendidikan bagi generasi bangsa, pendidikan adil tanpa diskriminasi.

Sumber: Google Image/YouTube SAAJA
Rumah Belajar Senen
Rumah belajar senen terletak di jalan Dahlia yang bersebelahan dengan rel kereta api. Rumah sewaan yang tak jauh dari Pasar Senen ini dibaliknya terdapat orang-orang yang meluangkan waktu dan hidupnya untuk membantu anak-anak jalanan dalam menemukan potensi diri mereka.
Dilansir dari m.liputan6.com, bahwa pengajar di Rumah Belajar Senen (RBS) merupakan hasil promosi yang disebarkan secara lisan atau dari mulut ke mulut dari berbagai kalangan. Hal ini disampaikan oleh Irene Bergosa yang merupakan salah satu pengajar dan penanggung jawab kurikulum bahasa Inggris di RBS. Perempuan yang juga bekera di salah satu media agency ini merasa senang karena tergabung dalam RBS yang peduli pada anak marjinal.
Awalnya, nama RBS ini adalah Komunitas Bimbel Senen (KBS) yang berdiri pada tahun 2005. KBS didirikan oleh kaum muda jemaat GKI Kwitang yang bekerjasama dengan Komunitas Sahabat Anak. Ada sekitar 60 anak jalanan yang berusia 3 tahun yaitu TK hingga siswa kelas 2 SMP.
Kelas diadakan pada jumat malam, sabtu, dan minggu. Kelas jumat malam baru saja dibuka karena permintaan dari orang tua siswa. Hari sabtu, ada 2 sesi kelas. Pertama untuk TK hingga kelas 4 SD. Kedua, untuk kelas 4 SD keatas. Untuk hari minggu, diadakan kelas bahasa Inggris bagi siswa yang memenuhi kriteria. RBS juga memberikan pelayanan penjemputan, konsumsi, periksa kesehatan gratis, penyuluhan kepada orang tua siswa, dan dukungan total untuk pengembangan potensi anak.

Sumber: Google Image/Gereja Katolik St. Yohanes Bosco
Akademi Rakyat
Akademi Rakyat ini didirikan oleh dua orang aktivis di Pekanbaru, yaitu Ady Adith Kuswanto dan Ratno Budi. Mereka mendirikan Akademi Rakyat yang selanjutnya di khususkan untuk anak jalanan dan anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Pendiri Akademi Rakyat ini menghubungi seorang pengajar di Akademi Melayu Riau (AKMR).
Dilansir dari www.berdikarionline.com, sasaran utama dari sekolah ini adalah anak-anak yang berada di lampur merah. Namun, usaha untuk menemukan anak-anak ini tidaklah mudah karena beberapa diantara anak-anak tersebut berada dalam kekuasaan orang-orang yang dengan sengaja mengeksploitasi mereka. Ada pula anak-anak yang memang menolak untuk belajar karena memang mereka tidak dididik untuk belajar sejak dini. Para anak jalanan ini beranggapan bahwa belajar di sekolah membuat mereka tidak bebas.
Anak jalanan tersebut juga terlalu disibukkan dengan urusan ekonomi yang sebenarnya belum waktunya bagi mereka untuk menanggung hal tersebut. Mereka bekerja sepanjang hari untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Waktu mereka tersita untuk mencari uang sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bersekolah. Permasalahan ini disiasati dengan cara mendirikan Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ) yang memiliki tugas menghimpun anak jalanan yang berada di lampu merah. Anak-anak tersebut akan belajar ketika mereka memiliki waktu luang. Mereka bebas menentukan waktu dan tempat untuk belajar dan pengajar hanya perlu menyesuaikan dengan jadwal anak-anak tersebut.
Pembelajaran yang ada di Akademi Rakyat ini tidak terlalu berfokus pada akademik, tetapi lebih kepada pengembangan skill seperti melukis, mematung, menari, dan bermain teater. Pelajaran semacam ini membuat anak jalanan lebih peka terhadap permasalahan sosial dan di kemudian hari karya mereka dapat mencerminkan perjuangan. Akademi Rakyat ini memiliki dua kelompok belajar yaitu KJP MTQ dan KJP Harapan Raya.

Sumber: Google Image/GlobalGiving
Itulah berbagai sekolah yang memfasilitasi anak jalanan untuk bisa terus menempuh pendidikan. Dengan adanya sekolah tersebut akan sangat berguna bagi anak jalanan agar mereka juga memiliki harapan masa depan cerah seperti anak-anak lainnya.
Apresiasi yang tinggi juga patut diberikan kepada para pendiri sekolah tersebut karena sudah rela berkorban biaya, waktu, dan tenaga untuk bisa berbagi dengan anak-anak jalanan. Untuk kamu juga bisa lho berbagi, tanpa harus besar, cukup minimal 10 ribu kamu sudah bisa donasi di peduly.com. Uang yang kamu donasikan tentunya akan sangat berguna bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan. Kamu tak kalah dengan para pendiri sekolah anak jalanan lho. Yuk donasi sekarang.
Leave a Reply