Donasi di Peduly bisa mulai Rp100 rupiah lho!

Hari AIDS Sedunia: Melihat Rantai Fakta yang Masih Menjerat

Sejak 1988, 1 Desember selalu diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Peringatan yang digagas oleh James Bunn dan Thomas Netter ini merupakan upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat secara global tentang penyebaran virus HIV. Tahun 2019 ini, World Health Organization (WHO) mengusung tema :”Komunitas Membuat Perbedaan”. Hal ini tidak lepas dari peran masyarakat untuk bersama-sama mencegah dan menanggulangi AIDS di dunia. Nah, berikut terdapat beberapa poin ulasan pentig yang perlu kamu ketahui dan pahami ya!

Jumlah yang Masih Cukup Besar

Mengapa AIDS menjadi masalah yang masih perlu diperhatikan setiap tahunnya tidak lepas dari penderitanya yang berjumlah cukup besar. Ditinjau keseluruhan secara internasional, data UNAIDS (2018) menyebutkan bahwa 37,9 juta orang di dunia hidup dengan HIV dan 770.000 orang meninggal karena AIDS. Di Indonesia sendiri, diperkirakan terdapat 640.00 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan 349.000 orang di antaranya berusia 20 sampai 49 tahun.

Munculnya Mitos, Stigma, dan Stereotipe Negatif

Mitos yang masih berkembang di masyarakat seringkali berkaitan cara penularan  dari HIV/AIDS itu sendiri. Sebagian orang masih menganggap HIV/AIDS dapat ditularkan melalui interaksi dan kontak sosial seperti:  bersalaman, berciuman, batuk/bersin, berenang, hingga berbagi toilet. Hal ini memunculkan stereotipe tertentu hingga masyarakat cnderung menghindari dan menolak berurusan dengan ODHA. Padahal penularan virus HIV hanya terjadi melalui darah, air susu ibu, dan kontak seksual. Tidak ada bukti yang valid bahwa  cairan tubuh seperti keringat dapat menyebarkan virus ini, kecuali cairan sperma dan cairan vagina.

Belum Ada Solusi Penyembuhan

Meskipun penyakit ini telah menjangkit banyak korban, sangat disayangkan karena hingga saat ini belum ada penemuan obat atau vaksin tertentu yang teruji secara klinis dapat menyembuhkan AIDS. Oleh karena itu, langkah edukasi dan sosialisasi secara masif dipilih dengan harapan besar sebagai upaya preventif mencegahnya penyebaran HIV lebih meluas.

Sintya Chalifia Azizah
Menulis merupakan langkah untuk merendahkan hati agar tidak bengis, menyisakan kebenaran entah dengan menangis atau meringis, dan secercah wujud kepedulian yang empiris.