Donasi di Peduly bisa mulai Rp100 rupiah lho!

Hari Anak Sedunia dan Segala Permasalahan yang Masih Menjerat Anak-Anak Masa Kini

Peringatan Hari Anak Sedunia setiap 20 November tidak lepas dari peritiwa bersejarah dimana dibuatnya Deklarasi Hak-Hak Anak (1959) dan Konvensi Hak-Hak Anak (1989) oleh Majelis Umum PBB. Sejak pertama kali dicetuskan 65 tahun yang lalu—tepatnya 1954—hari ini menjadi penanda penting untuk mempromosikan kebersamaan internasional, kesadaran di antara anak-anak sedunia, dan kampanye meningkatkan kesejahteraan anak-anak itu sendiri. PBB mengajak semua orang baik para orang tua, guru, tenaga kesehatan, pemerintahan, hingga aktivis dan tokoh masyarakat serta media untuk bersama-sama mengambil dan memainkan peran sehingga Hari Anak Sedunia menjadi relevan bagi masyarakat dan bangsa. Hal ini mengingat masih banyak pula permasalahan yang melingkupi anak-anak di seluruh dunia. Yuk, simak beberapa di antaranya!

  • Walaupun dunia semakin memberikan kebebasan dan kemudahan akses untuk kebutuhan sandang, kesehatan, dan pendidikan, namun berdasarkan Global Education Report 2017-2018 oleh UNESCO menunjukkan 246 juta anak tidak dapat mengakses pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari adanya kesenjangan gender dan kekayaan yang terjadi di masyarakat. Selain itu berada di daerah yang rawan bencana alam dan sedang berkonflik menjadi faktor yang tidak bisa dihindari. Di beberapa daerah, pendidikan seolah menjadi benda mahal yang eksklusif dan hanya bisa dinikmati sebagian orang.
  • Selanjutnya dilansir pada laman Tirto.id, Executive Director UNICEF juga menyampaikan bahwa pada tahun 2017 masih ada sekitar 300 juta anak yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara luar yang pelig beracun. Masih ingat dengan kasus kebakaran hutan di Indonesia beberapa waktu lalu? Nyatanya permasalahan seperti ini bukan hanya memperkecil jarak pandang dan meningkatkan status kekotoran udara pada suatu wilayah, namun juga membahayakan kesehatan khususnya anak-anak dengan memunculkan gangguan pernapasan bahkan menghilangkan nyawa sekalipun.
  • Permasalahan yang perlu menjadi sorotan lainnya berkaitan dengan kesehatan mental. Pada 2016, WHO memperkirakan 62.000 remaja meninggal karena melukai diri sendiri. Banyak hal yang berpengaruh dalam hal ini. Mulai dari sistem dan budaya masyarakat yang berlaku hingga peran serta keluarga dan orang terdekat. Anak-anak belum memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi secara bijak, maka tekanan yang ada justru memberikan beban yang memberatkan.

“Children are one third of our population and all of our future.”

Select Panel for the Promotion of Child Health, 1981
Sintya Chalifia Azizah
Menulis merupakan langkah untuk merendahkan hati agar tidak bengis, menyisakan kebenaran entah dengan menangis atau meringis, dan secercah wujud kepedulian yang empiris.