Donasi di Peduly bisa mulai Rp100 rupiah lho!

Mari Ungkapkan Toleransi Melalui Berbagai Sikap Ini

Tumbuh di negara berkembang nan kaya perbedaan, membuar keseharian masyarakat Indonesia sejak dini selalu disuguhkan kalimat-kalimat ajakan bertoleransi. Toleransi sendiri didasari pada suatu sikap untuk saling menghormati dan menghormati antar individu maupun kelompok lain. Dengan adanya sikap ini, meminimalisir terjadinya pertikaian dan konflik berkepanjangan antara Sobat Peduly dengan—pasangan—teman, dan orang-orang di sekelilingmu!

  • Persamaan atau Perbedaan?

Sejak awal, pasti ada pola pemikiran yang tertancap dalam pemikiran yang fokusnya persamaan dan perbedaan. Pada satu sisi menekankan kesamaan dengan kata-kata sakti ‘Kita Satu, Kita Indonesia’. Sisi yang lain melihat kondisi diri dan membandingkannya dengan orang lain. Pada dasarnya, pandangan berbeda itu tidak semestinya disalahkan. Yang seharusnya dibangun adalah bagaimana perbedaan ini membuat kita justru saling bekerja sama.

  • Tidak Memaksakan Kehendak Pribadi

Ada ego yang tertanam di dalam lubuk hati terdalam tiap manusia. Namun, jangan biarkan perasaan ini menguasaimu yaa, Sobat Peduly! Di dunia ini kita hidup bersama-sama dengan orang lain. Maka tidak bisa seenaknya memaksa setiap keinginan untuk selalu diaminkan dan direalisasikan. Semua punya hak yang sama untuk dipenuhi kehendaknya.

  • Berkata Sopan dan Tidak Menghina Orang Lain

Beberapa orang mampu dan terlatih untuk menahan diri agar dapat menerima apapun keadaan orang lain yang dihadapinya. Namun, hal ini tidak akan mudah ketika berada di lingkungan yang baru. Sebelum mengenal seseorang lebih jauh, pasti terdapat berbegai pertanyaan yang menari di dalam pikiran, “Dia siapa?”, “Dia kenapa?”, dan masih banyak lagi. Sebelum kelepasan mengucap hal-hal yang bersifat negatif dan  mengomentari orang lain, biasakan untuk mengelola dirimu sendiri agar tidak sampai menyinggung dan menghina, ya?

  • Bergerak karena Sesama Manusia

Iya toleransi hadir karena ada yang beda. Tapi, aku, kamu, dan mereka tetaplah manusia. Perbedaan yang tampak tidak boleh membatasi kita semua dalam semangat saling membantu dan berbuat kebaikan. Justru, pada konteks ini perlu se-iya sekata untuk merangkul kebahagiaan antar manusia.

Sintya Chalifia Azizah
Menulis merupakan langkah untuk merendahkan hati agar tidak bengis, menyisakan kebenaran entah dengan menangis atau meringis, dan secercah wujud kepedulian yang empiris.