Donasi di Peduly bisa mulai Rp100 rupiah lho!

Waspadai Dampak Negatif Instagram bagi Kesehatan Mental Ini

Dengan penetrasi telepon pintar yang sangat tinggi di negara ini, tidak mengherankan apabila mayoritas orang kemudan akrab dengan media sosial. Bukan hanya anak-anak, namun remaja hingga kalangan dewasa juga menggemari kegiatan melihat dan membuat status atau jenis konten lainnya. Salah satu media sosial yang menjadi favorit banyak orang adalah Instagram yang berfokus pada visual yang bisa dilihat oleh orang lain. Namun, di balik polosnya media sosial yangs eolah tak bersalah ini, ternyata tetap memiliki efek buruk yang perlu diwaspadai. Yuk, cek ulasan berikut!

Mengubah Standar Kecantikan

Karena bekerja dan menarik perhatian melalui kekuatan visual tentu setiap orang yang menggunakannya berlomba-lomba untuk menampilkan gambaran visula paling bagus dan menarik. Hal ini juga termasuk dalam citra tubuh. Secara wajah bagaimana pengguna kemudian memilih berbagai foto yang tersimpan pada memori telepon genggamnya dan diedit sedemikian rupa agar ‘layak’ dilihat banyak orang melalui media sosial yang satu ini. Belum lagi tampilan dari para pengiklan dimana wanita seringkali diidentikkan dengan langsing dan bentuk tubuh yang bagus. Hal ini mendorong pengguna untuk menciptakan pemikiran ‘oh iya yang seperti ini cantik, yang itu ganteng’ dan berakibat pada penilaian rendah terhadap tubuh sendiir. Dalam beberapa kasus tertentu, hal ini dapat memicu upaya destruktif pada tubuh dengan diet tidak sehat dan kegiatan destruktif lainya.

Kecemasan Ketinggalan Tren

Media sosial kini menjadi pusat penyebaran informasi. Seringkali pula apa yang diunggah melalui media sosial kemudian menjadi viral dan tren di kalangan masyarakat. Misalnya untuk mengikuti update berita terbaru hingga perkembangan fashion yang dengan cepat dapat berganti. Dengan kata lain muncul kecemasan dalam diri seseorang bahwa dirinya tidak cukup baik ketika tidak mengerti dan mengetahui tren apa yang terjadi di masyarakat saat ini. Hal ini juga dikenal dengan sebutan FOMO (Fear of Missing Out).

Mulai Membandingkan

Adanya Instagram juga memicu seseorang untuk membanding-bandingkan dirinya  dengan oraang lain dalam hal apapun. Kecantikan, prestasi, bahkan liburan dan konsiis saat ini tidak luput dari hal yang dibandingkan. Nah, pada tahap ini  kecemasan akan muncul secara perlahan karena adanya pemikiran ‘kenapa aku tidak bisa seperti mereka’. Hidup orang lain yang dilihat melalui Instagram tampak lebih indah dan menyenangkan. Walaupun pada dasarnya kita yang melihat secara online tidak akan pernah tahu masalah apa yang sedang dihadapi orang lain.

Kesepian dan Kualitas Tidur Buruk

Pada akhirnya kegiatan scrolling, stalking, dan updating yang dilakukan secara berjam-jam hanya berujung pada kelelahan dan tidak menghasilkan apapun. Selain karena waktu beristirahat yang seringkali terpotong hanya untuk mengamati kegiatan orang lain di media sosial, Instagram bisa jadi hanyalah ilusi bahwa ‘kamu banyak berkawan’. Yang tersisa hanyalah bayang diri sendiri yang merudung dalam sepi.

Sintya Chalifia Azizah
Menulis merupakan langkah untuk merendahkan hati agar tidak bengis, menyisakan kebenaran entah dengan menangis atau meringis, dan secercah wujud kepedulian yang empiris.